Friday, June 06, 2008

Bagaimana diri ini berkembang…..

Ya suatu saat ketika ada dua insane keperawatan berdikusi dengan teman seprofesi namun beda Institusi(X dan Y) munculah perbincangan mengenai bagaimana karier pribadi masing-masing. Wah seru dan sedikit membosankan memang. Dimana seru karena itu sebuah tantangan dan membosankannya dilihat dari sisi sistem yang susah dibangun untuk mendukung terwujudkannya cita-cita tadi. Ceritanya sebagai berikut. Ketika Si Y ditanya sudah jadi apa…ya kita jawab namanya jadi pegawai baru ya seperti inilah. Pegawai tingkat awal yang harus banyak adaptasi dengan apa yang ada kataku. Terus gmana prospekmu,…ya mau apa dikata secara rasional sederhana akan sudah banyak S1 Keperawatan disini so kan nggak mungkin semuanya jadi pemimpin atau the best kan. Karena dikehidupan selalu ada besar kecil. Kemudian dia melanjutkan ke pertanyaan apakah anda akan bertahan dengan kondisi tersebut…….Ya pertanyaan sensitif memang tapi memang harus dijawab walaupun cuman formalitas. Jawaban adalah rizki semuanya dari ALLAH…Kepada dialah kita memohon dan sudah menjadi kewajiban kita bersyukur atas segalanya. Nah rasa syukur ini secara pribadi adalah bagaimana kita profesional dengan apa yang menjadi tanggungjawab kita dikerjaan tersebut katanya. Biarlah orang dan sistemnya yang menilai secara lahiriah. Masalah nanti saya dihargai, dinaikan jabatan, atau malah diputus kontrak biarlah sistem tadi mengevaluasinya.

Memang terkadang ada rasa berontak, kok seperti ini dan itu. Namun memang setiap orang punya bargaining sendiri. Dalam artian apakah diri ini dihargai sesuai dengan kompetensi dan skill-nya. Nah itu dikembalikan ke pribadi masing2. Nah pertanyaan kemudian bergulir ke si X, ”bagaimana dengan anda sendiri?” Langsung aja disodorkannya pertanyaan apakah akan melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Kan kesempatan ada. Kata beliau”X”, begini...memang kesempatan ada, namun disini alaias ditempat kerjanya apa yang telah dicapai dengan pendidikan tersebut bukan menjadi jaminan dia mendapatkan rasa respect dari semuanya(baik secara posisi dikerjaan, aktualisasi di dalam unit kerja ataupun sampai salary). Faktor yang penting ditempat kerjanya adalah sisi pengalaman dan lama kerjanya untuk mencapai apa yang dia utarakan tadi. Jadi buat apa sekolah tinggi kalau jadinya mentok2 seperti ini...”pion”. ...huuuft...hening sejenak.

Memang berat ketika mendengarkan kesimpulan beliau. Memang banyak faktor yang memperngaruhi, sehingga kita berdua tak bisa menjustifikasikannya. Namun diakhir diskusi muncul sebuah kesimpulan dimana kesimpulan itu sesuai dengan prinsip mereka berdua dimana setiap insan harus terus lebih baik dari pada hari sebelumnya. Jadi kita berdua berkesimpulan bahwa mengembangkan karier itu hendaknya punya dasar ini dengan menyingkirkan faktor – faktor yang diatas telah dibahas. Faktor-faktor keduniawian dimana kedudukan, salary, aturan2 yang protokoler yang terkadang membelenggu, rasa aktualisasi yang ingin dipuaskan dan faktor seperti ekonomi bahkan impian personal yang merayu.

Jadi rasa ingin mengembangkan diri adalah bagaimana kita menjadi lebih baik dari hari sebelumnya, dimana diri ini tak mau menjadi orang yang merugi karena lebih jelek dari hari sebelumnya atau sama dengan hari sebelumnya. Apa yang diperbuat semakin hari semakin mantap karena sesungguhnya memang itulah seharusnya fitrah manusia. Semoga sang maha Pengadil memberikan RizkiNya dengan sebaik-baik takdir hambanya.

Dan akhirnya diskusi itu berakhir, dengan sama-sama menghela nafas dalam dan beristighfar didalam hati karena memang sangat memungkinkan dalam percakapan tadi banyak sekali kekhilafan yang membawa2 nama orang ataupun institusi tanpa maksud menjelek2kan.

Semoga persaudaraan ini terus erat katanya..........Terus berkembanglah jadi lebih dewasa dan jauh lebih baik. Amin.

MediaBox